TIDAK seperti partai lain yang gontok-gontokan, PDI Perjuanganmenggelar
musyawarah nasional mereka dengan sangat mulus. Tidak ada adu debat. Tidak ada
voting. Tidak ada lempar- lemparan kursi, deadlock, yang kemudian berujung pada
dualisme.
Dan untuk kali kesekian (kali ke berapa saya lupa dan malasgoogling), Ibu Megawati Soekarnoputri duduk di kursi ketua umum. Ia menang lewat mekanisme musyawarah dan mufakat, tanpa lawan.
Dan untuk kali kesekian (kali ke berapa saya lupa dan malasgoogling), Ibu Megawati Soekarnoputri duduk di kursi ketua umum. Ia menang lewat mekanisme musyawarah dan mufakat, tanpa lawan.
Ah, siapa yang berani bertarung melawan Ibu Megawati,
kata kawan saya, seorang kader PDI Perjuangan.
Bagi kader-kader PDI Perjuangan, puteri tertua Bung Karno ini
merupakan poros utama, sumur inspirasi yang tiada habis-habisnya. Ibu Mega
adalah "konci", sang juru penerang yang tiada mungkin tergantikan
selama hayat masih di kandung badan.
Maka begitulah. Musyawarah nasional yang digelar di Bali ini sangat mungkin
akan berakhir dengan nyaris tanpa greget jika saja tidak ada dua peristiwa.
Pertama, penangkapan kader PDI Perjuangan oleh
KPK karena sangkaan terlibat kasus korupsi dan gratifikasi. Dan dua, pidato ibu Megawati yang
sarat emosi.
Peristiwa pertama singkat saja, karena saya kira tidak terlalu menarik.
Partai-partai politik memang memelihara koruptor sejak lama, sehingga hal
tertangkap tidaknya mereka, hanyalah perkara nasib dan waktu saja.
Jika nasibnya baik, mungkin akan lolos dan kelak mati tanpa perlu menyandang
status sebagai bekas koruptor. Jika nasibnya buruk, tinggal menunggu giliran.
Apakah pada daftar peringkat koruptor yang bersangkutan berada di jajaran atas
atau bawah. Apabila berada di peringkat 1- 100, bersiap-siaplah. Namun apabila
ternyata namanya berada di peringkat 18.789, maka untuk sementara, dia masih
aman dan bisa tidur nyenyak.
Sebelum tertangkap, kita tidak tahu, politisi PDI Perjuangan asal
Kalimantan Selatan bernama Ardiansyah ini berada di peringkat berapa. Yang
pasti korupsinya tak terlalu gila-gilaan. Lalu kenapa dia bisa diciduk duluan,
dan bukannya koruptor yang korupsinya lebih tak masuk di akal, hanya KPK yang
bisa memberi penjelasan.
Pidato Ibu Megawati jauh lebih menarik untuk dicermati. Tidak
seperti biasa, ini kali pidato beliau sungguh menyentak. Sambar kanan sambar
kiri. Tusuk depan tusuk belakang. Sejumlah "pemain utama" di
pemerintahan kena hantam. Tak terkecuali Presiden Joko Widodo yang hadir ke
gelaran ini dengan balutan jaket berwarna merah menyala. Warna PDI Perjuangan,
meski tidak ada lambang banteng gemuk moncong putih di bagian dadanya.